Nama lengkapnya Hudzaifah bin Hasl ibnu
Jabin bin Al-Abasi, biasa dipanggil Abu Abdillah. Al-Yaman adalah julukan yang
diberikan kepadanya.
Hudzaifah pernah mengatakan,”Orang-orang
bertanya kepada Nabi tentang hal-hal baik, sedangkan aku bertanya kepada beliau
mengenai hal-hal yang buruk, karena aku khawatir terjerumus kedalamnya”.
Dalam perang Al-Azhab, Rasulullah SAW
menunjuknya sebagai inteligen (mata-mata) untuk memata-matai pasukan kafir
Quraisy. Ia menyusup ke barakbarak pasukan Quraisy di tengah kegelapan malam.
Angin berhembus kencang sehingga semua lampu penerangan mendadak padam. Abu
Sufyan, panglima pasukan Quraisy, menginstruksikan kepada pasukannya agar
masing-masing pasukan mencermati siapa yang berada disampingnya. Saat itu,
Hudzaifah adalah orang yang paling pertama menanyakan orang yang berada
disampingnya. Akhirnya misinya berhasil dan merasa lega karena pasukan Quraisy
akan segera hengkang
Umar bin Khattab pernah menugaskannya
menjadi gubernur wilayah al-Madain.
Hudzaifah adalah inteligen Nabi yang
ditugaskan untuk memata-matai perihal orang-orang munafik. Tugas ini tidak
diketahui oleh seorang pun selain Beliau.
Ketika ada seseorang yang meninggal, Umar
selalu menanyakan Hudzaifah. Bila Hudzaifah menghadiri shalat jenazahnya, maka
Umar langsung menshalatkan jenazah tersebut. Jika tidak, Umar tidak
menshalatkannya.
Ia pernah menjabat sebagai wakil panglima
Nu’man bin Muqrin dalam perang Nahrawand. Ia mengambil alih setelah Nu’man
gugur sampai akhirnya kemenangan dapat diraih tahun 22 H. Ia juga berhasil
membebaskan kota Sanadan, Hamadan, dan Ray.
Ia memilih Kufah sebagai ibu kota baru bagi
kaum muslimin yang berada di wilayah Persia dan Irak.
Ketika ia meninggal, ia mengatakan,
“Selamat datang maut, kekasih yang datang karena Rindu. Aku tidak menyesali
kedatanganmu,” Ia meninggal tahun 36 H.
Ia meriwayatkan 225 hadist dari Nabi.
Referensi: Syaikh
Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, penerbit:Pustaka
AL-KAUTSAR, 2003, Jakarta Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar