Selasa, 14 Juni 2016

KHALID BIN WALID



     
      Nama lengkapnya Khalid bin Walid bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum Al-Quraisy, ia digelari Saifullah All-Maslul (pedang Allah yang terhunus). Ia lebih muda 13 tahun dari Nabi. Ibunya Ashma, adalah perempuan Ummu Fadhl, isteri Abbas paman Nabi.
     Ia adalah seorang panglima perang yang terkenal pemberani dan penyabar, dan juga terkenal sebagai seorang orator ulung yang fasih. Ia berperang melawan kaum muslimin dalam perang Badar, Uhud dan Khandaq.

Perang Uhud.

     Dalam perang Uhud, ia menyerang pasukan kaum muslimin dari arah belakang ketika melihat pasukan pemanah kaum muslimin turun kebawah bukit untuk mengambil harta rampasan perang.

Perang Khandaq.

     Dalam perang Khandaq (parit), ia menyusun strategi untuk melintasi parit dan hampir saja ia berhasil melintasinya.
     Ia masuk Islam pada tahun ke 7 H dikarenakan sepucuk surat yang dikirimkan saudaranya yaitu Walid. Setelah masuk Islam, Khalid meminta kepada Rasul untuk memohon ampunan kepada Allah bagi dirinya.
   
 Perang Mu’tah.


     Pada perang Mu’tah  melawan pasukan Romawi, tiga panglima perang yang dipilih Rasulullah telah gugur, Khalid berinisiatif memimpin pasukan kaum muslimin dan ia merubah strategi secara total dan akhirnya ia berhasil menerobos benteng pertahanan Romawi dan pasukan kaum muslimin pun dapat keluar dari pasukan Romawi.
     Khalid bin Walid adalah panglima yang sangat lihai dan cerdik menghadapi musuh. Ia dapat menangkis setiap manuver militer musuh dan menghalau pasukan yang ingin melarikan diri dari pasukannya. Ia pernah berhasil membebaskan seluruh wilayah di Syam. Dalam pertempuran sering kali ia menyerukan dihadapan pasukannya,”Siapa diantara kalian yang berjanji akan berperang sampai titik darah penghabisan? Behembuslah engkau, wahai angin surgawi! Allahu Akbar. Sesungguhnya hari ini adalah hari Allah dan dihari ini tidak pantas berlakuk sombong, Ikhlaskanlah perjuangan kalian! Allah akan melihat setiap amal usaha kalian.
     Ketika ia meninggal, ia mengatakan, “Aku telah menyaksikan sekian banyak serdadu. Aku telah menghadapi sekian banyak serdadu dan ditubuhku tidak ada tempat melainkan di sana ada bekas tikaman pedang, tombak, dan anak panah. Dan inilah aku, yang akan mati diatas pembaringanku sebagaimana matinya seekor onta.” Kemudian ia meninggal di Himsh atau di Madinah tahun 21 H
     Di era modern sekarang ini, strategi-strategi perang Khalid bin Walid masih dipelajari di berbagai Universitas di Jerman dan Inggris.


Referensi: Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, penerbit:Pustaka AL-KAUTSAR, 2003, Jakarta Timur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar