Nama lengkapnya Khalid bin Walid bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum
Al-Quraisy, ia digelari Saifullah All-Maslul (pedang Allah yang
terhunus). Ia lebih muda 13 tahun dari Nabi. Ibunya Ashma, adalah perempuan
Ummu Fadhl, isteri Abbas paman Nabi.
Ia adalah seorang panglima perang yang terkenal pemberani dan penyabar, dan
juga terkenal sebagai seorang orator ulung yang fasih. Ia berperang melawan
kaum muslimin dalam perang Badar, Uhud dan Khandaq.
Perang
Uhud.
Dalam perang Uhud, ia menyerang pasukan kaum muslimin dari arah belakang ketika
melihat pasukan pemanah kaum muslimin turun kebawah bukit untuk mengambil harta
rampasan perang.
Perang
Khandaq.
Dalam perang Khandaq (parit), ia menyusun strategi untuk melintasi parit dan
hampir saja ia berhasil melintasinya.
Ia masuk Islam pada tahun ke 7 H dikarenakan sepucuk surat yang dikirimkan
saudaranya yaitu Walid. Setelah masuk Islam, Khalid meminta kepada Rasul untuk
memohon ampunan kepada Allah bagi dirinya.
Perang
Mu’tah.
Pada perang Mu’tah melawan pasukan Romawi, tiga panglima perang yang
dipilih Rasulullah telah gugur, Khalid berinisiatif memimpin pasukan kaum
muslimin dan ia merubah strategi secara total dan akhirnya ia berhasil menerobos
benteng pertahanan Romawi dan pasukan kaum muslimin pun dapat keluar dari
pasukan Romawi.
Khalid bin Walid adalah panglima yang sangat lihai dan cerdik menghadapi musuh.
Ia dapat menangkis setiap manuver militer musuh dan menghalau pasukan yang
ingin melarikan diri dari pasukannya. Ia pernah berhasil membebaskan seluruh
wilayah di Syam. Dalam pertempuran sering kali ia menyerukan dihadapan
pasukannya,”Siapa diantara kalian yang berjanji akan berperang sampai titik
darah penghabisan? Behembuslah engkau, wahai angin surgawi! Allahu Akbar.
Sesungguhnya hari ini adalah hari Allah dan dihari ini tidak pantas berlakuk
sombong, Ikhlaskanlah perjuangan kalian! Allah akan melihat setiap amal usaha
kalian.
Ketika ia meninggal, ia mengatakan, “Aku telah menyaksikan sekian banyak
serdadu. Aku telah menghadapi sekian banyak serdadu dan ditubuhku tidak ada
tempat melainkan di sana ada bekas tikaman pedang, tombak, dan anak panah. Dan
inilah aku, yang akan mati diatas pembaringanku sebagaimana matinya seekor
onta.” Kemudian ia meninggal di Himsh atau di Madinah tahun 21 H
Di era modern sekarang ini, strategi-strategi perang Khalid bin Walid masih
dipelajari di berbagai Universitas di Jerman dan Inggris.
Referensi:
Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah,
penerbit:Pustaka AL-KAUTSAR, 2003, Jakarta Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar